Rabu, 04 Desember 2013

Bila Maksiat Merajalela

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. Maasyiral muslimin rahimakumullah taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada sang pencipta, bekal yang kelak menjadi hujah baginya di hadapan Allah SWT, bahwa kehidupannya di alam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. untuk itulah wahai kaum muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin senantiasa bertaqwa dengan selalu meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah dan rasulnya, untuk dapat mengambil apa-apa yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan surga yang abadi kelak di akhirat. “sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (al-hijr: 45). Maasyiral muslimin rahimakumullah Allah menciptakan mahluk, dan Allah menyertakan bersama mereka nabi-nabi dan rasul-rasul sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan konsep tatanan hidup selama berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah turunkan pula kitab-kitab-nya bersama para utusan-utusan itu, sebagai aturan main di dalam dunia, baik hubungan sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk dengan penciptanya. di antara kitab-kitab yang Allah turunkan ialah al-qur'an, mu’jizat yang menjelaskan tuntunan Allah SWT. “sesungguhnya kami telah mengutusmu (muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. (al-baqarah: 119). Allah turunkan al-qur’an untuk menyelesaikan masalah-masalah di antara mereka dan juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul mii’aad yaitu hari pembalasan terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para penghuni alam dunia. “dan kami turunkan kepadamu al-qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (an-nahl: 44). Hadirin Jamaah jumah rahimakumullah akan tetapi di balik semua itu, realita yang terjadi, kita sering dan teramat sering dikejutkan dan dibuat prihatin dengan musibah yang acap kali menimpa negeri ini dan juga negeri2 lain. masih belum hilang dari ingatan kita musibah dahsyat Tsunami di negeri kita, tahun lalu terjadi lagi tsunami besar di Jepang yang merenggut ribuan korban jiwa, dan tahun ini giliran Filipina yang dilandai banjir dan badai besar yang memakan korban manusia dan memaksa mengungsi dari tempat-tempat mereka, banjir yang berulang kali terjadi di beberapa tempat, padahal baru kemarin kita merasakan beratnya kemarau panjang, gunung di beberapa negara termasuk dinegara kita sudah mulai aktif dan memuntahkan isi kandungannya, huru-hara terjadi diberbagai negara diiringi hancurnya tempat-tempat tinggal dan pusat-pusat keramaian dengan kobaran api yang melalap baik materi maupun sosok-sosok jiwa sebagai pelengkapnya, pembantaian yang telah dan terus berlangsung secara biadab terjadi di beberapa tempat dan entah berapa tempat lagi yang akan terjadi di belahan bumi ini, busung lapar anak manusia negeri ini sering kita dengar, meskipun katanya kita berada di negeri subur nan tropis, krisis moneter yang ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang kita terhadapmata uang asing terutama dolar yang berdampak kemiskinan, pengangguran dan kelaparan masih saja kita rasakan walaupun sudah sejak lama terjadi,kalaulah kita anggap 1 dolar itu 1 batu-bata maka kita harus menukarnya dengan 11 ribu tumpukan batu-bata yg mungkin cukup untuk membuat sebuah rumah kecil, itulah perbandingan mata uang kita yang begitu lemah, penyakit-pernyakit aneh dan kotor mulai merebak dan meng-gerogoti penduduk negeri ini dan berbagai musibah yang telah menghadang di hadapan mata, termasuk di dalam hancurnya generasi-generasi muda penerus bangsa ini disebabkan terha-nyut dan tenggelam bersama narkoba obat-obat setan yangterlarang. apakah adzab telah mengintai negeri ini, sebagaimana yang tersurat di dalam al-qur’an surat ash-shaffat ayat 25, kaum nuh yang Allah tenggelamkan dikarenakan mendustakan seorang rasul, atau kaum tsamud yang disebabkan tak beriman, membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang mereka, atau seperti kaum luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis, homosexsual, allah hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum madyan yang Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam takaran dan timbangan serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi orang untuk beriman, atau seperti kaum ‘aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid dan bersujud kepadanya, Allah kirim kepada mereka angin yang sangat panas yang memusnahkan mereka. kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan disebabkan satu dua kemungkaran yang dikepalai kesyirikan, sekarang bagaiman dengan kita, apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini, apa yang terjadi ditempat kita, lingkungan kita, dikota kita, dan bahkan di seantero negeri kita?, maksiat terjadi dimana-mana, pergaulan lawan jenis dan perzinaan yang keluar dari norma-norma agama semakin menggila, ditambah lagi media-media masa visual dan non-visual ikut melengkapi ajang syaitan ini dengan dalih seni dan hak-hak manusia, padahal allah dan rasulnya telah jelas-jelas mengharamkan hal tersebut. firman allah. “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (al-isra’: 32). dan dalam sebuah hadits shahih rasul bersabda: مَنْ وَجَدْتُمُوْهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوْطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ. “barangsiapa di antara kalian yang menemui mereka yang melakukan perbuatan kaum luth (homosexsual) maka bunuhlah kedua pelakunya”. (riwayat abu dawud dan at-tirmidzi). kemana hak allah dan rasulnya?. kecurangan dalam perniagaan yang terjadi pada kaum madyan pun terjadi sekarang, kecurangan bukan hanya curang dalam timbangan secara zhahir, tetapi penindasan, tipu muslihat, sampai kepada sogok menyogok dan riba pun seakan suatu yang harus dilakukan, bank 2 dengan praktik riba yang jelas2 nampak didepan mata seakan menjadi satu-satunya harapan untuk membesarkan usaha, untuk menjadi pejabat, pegawai, naik pangkat, semuanya harus dengan uang pelicin yang seakan-akan sebuah hal yang biasa saja, padahal jelas-jelas Allah melarangnya, tidakkah kita pernah mendengar firman allah: wailul lil muthaffifin “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”. (al-muthaffifin:1). dan rasulpun melaknat orang yang menyogok dan yang disogok, sebagaimana hadis shahih yang diriwayatkan oleh at-tirmidzi, abu daud, ibnu majah, dan imam ahmad. praktikkorupsi yang merajalela, pembunuhan yang tanpa memperhitungkan nilai kemanusiaan dan agama pun terus terjadi silih berganti, padahal rasul shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan untuk meninggalkan tujuh hal yang menghancurkan. اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَالسِّحْرُ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ. yang artinya: “jauhilah tujuh hal yang menghancurkan (membina-sakan)”. bertanya para sahabat, apa itu yang rasulullah?, bersabda beliau: “syirik (menyekutukan allah), membunuh jiwa yang allah haramkan, kecuali yang dibenarkan syari’at, sihir (santet), memakan riba, memakan (menyelewengkan) harta anak yatim, lari dari pertempuran (karena takut),dan menuduh wanita baik-baik berzina”. (ash-shahihain). akan tetapi semua ini berlaku, perbuatan syirik yang merupakan biang malapetaka dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi sesuatu kebutuhan, berapa banyak kita dapati media masa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru umat kepada perbuatan syirik dengan membungkus sedemikian rupa untuk menipu umat. kaum muslimin rahimakumullah segala sesuatunya kini telah terbalik, yang hak dikatakan dan dianggap batil, yang batil dipertahankan, dan tidak malu-malu di hadapan yang hak. siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini?, yang jelas kita semua bertanggung jawab, kita sebagai umara’, ulama maupun pribadi-pribadi muslim. “jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (al-a’raf: 96). maasyiral muslimin rahimakumullah islam adalah satu-satunya ajaran yang menjamin ketenteraman dan kesejahteraan hidup, tidak saja di dunia, tetapi bahkan di akhirat, sebab ajaran ini adalah ajaran dari dzat yang maha memberikan jaminan bagi kebutuhan insan. maka untuk menyelamatkan negeri dan umat ini tidak lain adalah kita kembali memurnikan dan menegakkan ajaran allah pencipta kita, ketika umat semakin jauh dari ajarannya semakin gencar pula azab yang akan diterima dan ditimpahkan, oleh karena itu ada baiknya kita menilik kembali perkataan syaikh ali hasan al-atsari bahwa tidak ada jalan lain dalam mengembalikan umat dan memperbaiki umat ini kecuali dengan tashfiyah dan tarbiyah “bahwa kondisi yang buruk yang menimpa kaum muslimin dewasa ini adalah akibat terlalu jauhnya mereka dari kitab allah dan sunnah rasulnya “. kenapa hal itu bisa terjadi, paling tidak hal itu terpulang pada tiga persoalan. • tercampurnya ajaran yang bukan dari islam dengan ajaran islam. • lemahnya kepercayaan orang akan apa yang menjadi ajaran islam. • tidak adanya pengamalan (penerapan) terhadap hukum-hukum islam. kaum muslimin rahimakumullah yang terakhir. apakah keadaan dan kenyataan yang menimpa kita selama ini tidak menjadikan kita berfikir dan berbenah diri untuk hidup yang akan datang, kehidupan abadi yang menentukan sengsara atau bahagia.firman Allah dalam surat Al A`raf ayat 97 dan 99 “maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur”. “maka apakah mereka merasa aman dari adzab allah (yang tidak terduga-duga)? tidaklah merasa aman dari adzab allah kecuali orang-orang yang merugi”. (al-a’raf: 99). Karenanya marilah kita semua sedinimungkin, semampu kita melaksanakan hukum-hukum Allah dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga menjadi ladang dakwah bagi kita. walaupun kita tidak menyuruh orang untuk shalat jamaah ke masjid, tetapi kalau kita berangkat ke masjid itu sama halnya kita sedang berdakwah secara tidak langsung mengajak orang ke masjid. Akhirnya Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan jalan kita untuk selalu istiqamah dalam kebaikan. أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Rabu, 13 Maret 2013

7 Langkah mencuci hati

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Monggo kita sedaya sebagai manusia ingkang gesangipun senantiasa mbetahaken Rahmat, Taufiq lan Hidayah saking ngarso dalem Allah SWT senantiasa ngelampahi perintah-perintahipun Allah lan nebihi sedaya awisan-awisanipun ing dalem wekdal kapan kemawon lan dalam keadaan kados pundi kemawon. Monggo kita sami2 ningkataken ketaqwaan kita dateng Allah, keranten kita yakin bilih namung kanti taqwa dumateng Allah-lah, gesang kita menika badhe dipun luberi kaliyan keberkahan lan keberlimpahan hidup ngantos dumugi akhirat benjang. Firman Allah wonten ing surat As shood ayat 49 Inna lil muttaqiina lahusna ma’aab yekti kanggo wong2 kang taqwa kanti temen-temen disediaake papan panggonan bali kang bagus (yoiku suwarga Adn) Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Wonten ing kesempatan menika, kulo badhe mengisi khutbah jum’at menika kaliyan 2(kalih) kisah teladan saking sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu lan ugi Hatim al-Asham. Kisah menika mugi2 saget dadosaken inspirasi lan pepeling kangge kita sedaya ing dalem ngamal ngibadah saben dintenipun, hingga kita estu2 saget dados tiyang muslim ingkang sehat lahir batin. Jama’ah Jum’ah ingkang Berbahagia Salah setunggaling sufi ahli ibadah ingkang nami Hatim al-Asham (w. 237 M) dipun aturi paring penjelasan kaliyan Ashim bin Yusuf sak ba’danipun pengaosan wonten ing majlis ta’limipun. Ashim bin Yusuf inggih menika setunggaling ahli fiqih ingkang ningali segala hal saking bab syariah. Ashim tangklet dateng Hatim “ Syaikh kados pundi panjenengan ing dalem ngelampahi shalat?” Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat njawab “menawa wis mlebu wayah shalat aku banjur wudhu kanti wudhu 2(loro), wudhu lahir lan wudhu bathin. Wudhu lahir iku syariat lan wudhu bathin yaiku haqiqat”. Ashim bin Yusuf dados santri ingkang konsentrasi bab pelajaran fiqih tentu kemawon kaget. Lajeng Hatim al-Asham nerangaken malih bilih “wudhu lahir dipun lampahi kanti mbersihaken anggota badan ngangge toya. Menawi wudhu bathin menika kedah mbersihaken ati (salamatush shadri) saking pitung perkawis. 1) Sepindah, ati kedah dipun suceaken kelawan raos penyesalan atawin an-nadamah. Menyesali sedoyo kesalahan ingkang dipun lampahi lan rumaos getun nilaraken ibadah kesaenan. Mengenai an-nadamah menika, kisahipun Sayyidina Umar bin Khattab ra saget kita dadosaken pelajaran. Jama’ah Jum'ah Rahimakumullah Sayyidina Umar bin Khattab ra menika nggadah kebun kurma wonten ing Madinah. Wit-witan kurmanipun berbuah kanti kwalitas ingkang sae, lan sekeco raosipun. Mboten namung menika kemawon, bahkan wonten ing lebetipun kebun menika wonten sumberipun toya, padahal sampun maklum dospundi awratipun pados sumber toya wonten ing tanah padang pasir kados Madinah. Sayyidina Umar remen saestu nggadahi kebun menika, hingga seringkali piyambakipun mlampah-mlampah ningali hasil kebunipun. Salah setunggaling dinten wekdal kondur saking kebunipun, piyambakipun panggih kaliyan sahabat-sahabat ingkang mlampah sesarengan. Lajeng Sayyidina Umar tangklet “sampeyan kabeh soko ngendi kok mlaku bareng-bareng?” lajeng para sahabat matur “kita sedoyo meniko nembe mantun jamaah shalat ashar ashar” kepireng jawabane sahabat kolowau sayyidina umar kaget kanti ngucap “innalilahi wa inna ilaihi rojiun, lajeng piyambake matur, “sahabat kabeh, sampeyan sekseni, kerono aku ninggal jamaah shalat ashar amerga kebun kurmaku iki, mangka kebun iki tak wakafake marang fakir miskin” Mekatenlah contoh ingkang kedah kita teladani menawi kita rumaos menyesal keranten nilaraken setunggaling ibadah atawin kesaenan. waosan taroji’ innalilahi wa inna ilaihi rojiun, estunipun merupakan ungkapan wekdal kita nampi cobaan lan musibah. Dados, suburipun kebun lan wontenipun sumber toya kangge sayyidina Umar menika mboten sanes namung setunggaling cobaan ingkang menimpa piyambakipun. Lan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rojiun nedahaken kados pundi raos penyesalan ingkang luar biasa keranten piyambakipun ketinggalan shalat jama’ah ashar. Dospundi kaliyan kita sedaya, punopo kita nate ngucap innalilahi wa inna ilaihi rojiun menawi kita nilaraken shalat jama’ah? Nopo malah mboten wonten penyesalan babar pindah? Keranten atosipun ati kita ingkang ketutupan kaliyan dosanipun maksiat ingkang sampun kathah kita lampahi dumateng Allah SWT, Naudzubillahi min dzalik. Kadang2 menawi kita pikir saestu, kita menika lucu, pengin angsal kanugrahan, gesang ingkang sekeco, dipun tebihaken saking rupeking gesang, ananging kita mboten purun ngabekti dateng Allah kanti ngelampahi ibadah-ibadah, malah tambah dinten tambah anggenipun maksiat duraka dateng Allah SWT. Robbana dzolamna anfusana wa in lam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khosiriin Selajengipun, Jama’ah Jum'ah Rahimakumullah Ingkang kaping kaleh(2), ati kedah dipun bersihaken kelawan taubat. Taubatan nashuha, taubat ingkang estu-estu. Bertekad mboten badhe mangsuli malih tumindak maksiat dateng Allah. Lan ugi bersungguh-sungguh ngelampahi sedaya perintahipun Allah kanti saestu. Kedah jihad merangi hawa nafsunipun, hawa ingkang nyegah ngelampahi ibadah lan nafsu ingkang ngajak maksiat dumateng Allah, senaoso awal-awal mesti awratipun tetapi menawi kita purun istiqamah, insyaAllah awratipun ibadah menika saget dados enteng. Ingkang kaping 3, ati kedah dicuci kanti nilaraken cinta dunia ingkang berlebihan atawin tarku hubbud dunya, keranten dawuhipun Rasulullah “liannahu ra’su kulli khati’athin. Keranten kedonyan atawin hubbud dunnya menika pokokipun saben-saben kesalahan. Kengeng Menapa tiyang menika dados rentenir, ngutangaken kanti Riba? Inggih keranten hubbud dunya, wonten tiyang ingkang pergaulan bebas, selingkuh, zina? Ugi amargi hubbid dunya, tiyang korupsi kolusi lan nepotisme? Judi, mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, sedaya menika keranten hubbid dunya. Kesenengan ingkang berlebihan kelawan donya sehingga wantun nerjang syariat agami. Kita angsal kemawon nggadah bondo donya ingkang kathah, ananging ampun ngantos harta kita menika memperdaya kita, damel kita nglirwaaken ibadah dateng Allah SWT. Rasulullah menika sugih, sahabat-sahabatipun ugi kathah ingkang sugih, senaoso mekaten kekayaanipun sama sekali mboten lajeng dadosaken nglirwaaken ibadah dateng Allah. Wekdal Rasulullah SAW menghimpun sedekah saking para sahabat, sahabat sedaya sami berlomba-lomba kangge bersedekah sakkathah-kathahipun, Sayidina Umar RA nyedekahaken separo hartanipun, bahkan Sayidina Abu Bakar RA nyedekahaken sedaya hartanipun. Keranten sayidina Abu bakar menika ningali donya menika kados ningali bathang, Dawuhipun Rasulullah dateng para sahabat, “opo sliramu kabeh ngerti yen ono mayit mlaku, yoiku Abu Bakar” keranten sahabat Abu Bakar menika sampun paham saestu kaliyan alam barzhah / alam kubur, akhiripun piyambake ningali donya menika kados bathang ingkang mboten perlu kangge dieman-eman. Sayidina umar ugi mekaten, senaoso piyambake dados amirul mukminin, presidene kaum mukmin, mboten lajeng dadosaken piyambake bermewah-mewahan kanti fasilitas negara. Sayidina Umar mboten risih ngangge gamis atawin jubah ingkang wonten tambalane. Sarene namung ngangge kloso saking pelepahe kurma. Mboten ngangge kamar peraduan ingkang nyaman layakipun Raja-raja. Prinsipipun Rasulullah lan para sahabattipun. Produksi sebesar-besarnya, maksudipun Rasulullah menika mboten namung ngurusi ibadah akhirat kemawon, ananging urusan duniawi ugi, kerja keras banting tulang semangat anggenipun merdamel kangge pados pangupo jiwa, ananging namung dipun konsumsi sekedarnya, mboten berlebihan, lan dipun Distribusi seluas-luasnya, dipun sedekahaken kangge kepentingan umat sak kathah-kathahipun, keranten harta benda kita ingkang sejati inggih menika harta benda ingkang kita tasaruffaken kangge kepentingan umat lan agami. Pun dengan berbagi harta kita tidak akan berkurang tapi malah bertambah. Ingkang kaping sekawan(4) ati kedah dipun bersihaken kanti nebihaken diri kita saking hubbur riyasah, gila jabatan lan kekuasaan. Estunipun jabatan lan kekuasaan menika seringkali terlalu nyibukaken manungsa lan dadosaken manusia berpaling dari Allah ingkang Maha Kuaos. Wekdal dereng berkuasa, gang-gang sempit disambangi, tiyang2 miskin disantuni, ananging wekdal sampun lenggah wonten kursi jabatan, rakyat miskin menika bagaikan kutu busuk yang harus digusur dan diusir disana sini. Ingkang kaping gangsal (5), hati kedah dipun bersihaken kanti nilaraken perasaan remen dipuji atawin hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya ingkang mengakibatkan kesombongan ingkang luar biasa. Padahal kita kedah mangertos bilih tiyang muji-muji kita meniko, keranten Allah SWT kanti sifat Maha Rahmanipun nutupi keawonan-keawonan kita sehingga tiyang sanes mboten semerap. Estu, menawi tiyang sanes kolowau semerap keawonan-keawonan kita, piyambake mboten badhe muji-muji kita lan mungkin ugi malah rumaos jijik lan risih dateng kita. Kaping enem -6, prayoginipun ati kita kedah dipun cegah saking raos dendam atawin tarkul hiqdi. nilaraken lan ngalekaken dendam, secara otomatis badhe dadosaken kita tabah lan sabar menghadapi cobaan lan rasa sakit hati dateng tiyang sanes. Ingkang dipun wastani hamlul adza. Dendam, Dengki lan Dongkol. Menika kedah kita tebihi menawi kita pengin dados pribadi ingkang sukses. Menawi wonten tiyang ingkang mboten sae dateng kita, nggih kersane, menawi saget kita emutaken kita nasehati kanti sae, menawi mboten saget nggih dipun dongaaken supados sadar lan tobat, ampun ngantos kita menyimpan dendam, keranten saget ugi, mboten saene tiyang sanes dateng kita menika merupakan ujian saking Allah SWT kangge ngangkat derajat kita. Ingkang terakhir, ingkang kaping pitu -7 kita kedah bersihaken ati saking sifat hasud, drengki lan srei dateng tiyang sanes atawin kanti Tarkul Hasad, ingkang estu sangat berbahaya. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lajeng kados pundi piyambake nglampahi shalat. Wekdal Hatim al-Asham milai shalat pyambake rumaos bilih ka’bah menika wonten ngajengipun, suwarga wonten sisih tengen lan neraka wonten kiwonipun, shirathal mustaqim wonten dlamakan sukunipun, lan Malaikat izrail nenggo wonten wingkingipun, siap mencabut nyawanipun. Menikalah ingkang kawastanan Qashrul amal. Inggih menika semangat ingkang mampu mendorong supados saget langkung ningkataken ibadah. Selalu rumaos kurang ibadahipun, tambah dinten ibadahipun tambah khusyuk keranten perasaan kolowau. Sinten ingkang badhe mboten serius anggenipun shalat menawi rumaos Malaikat izaril badhe nyabut nyawanipun. Hadirin Jama’ah shalat jumat Rahimakumullah Mekaten khutbah jum’ah ingkang saget kawula aturaken, mugio kisah-kisah kolowau wonten hikmahipun ingkang saget kita dadosaken uswah hasanah kangge kita sedaya. Lan mugi Allah SWT dadosaken kita sedaya tiyang-tiyang ingkang beruntung ingkang mampu ngelampahi sedaya perintahipun agami kanti sak sae-saenipun lan nebihi sedaya awisan-awisanipun kanti istiqamah, amin ya robbal aalamiien. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Selasa, 31 Juli 2012

SEDEKAH DAHSYAT = BALASAN DAHSYAT

Saat kita melakukan sedekah secara ekstrem maka balasan yang akan kita terima pasti secara ekstrem juga. Bahkan terkadang balasan itu tidak masuk akal datangnya. Kesimpulan saya ini berdasarkan beberapa artikel kisah nyata tentang sedekah di blog saya; sedekah nekat atau berbagai pengalaman langsung yang saya rasakan. Sedekah ekstrem adalah sedekah DENGAN HARTA TERBAIK dan dengan keyakinan yang tinggi akan janji yang langsung diberikan Allah dalam Alqur’an. Pelaku sedekah ekstrem sangat yakin berapa pun harta yang dikeluarkan pasti akan dibalas LANGSUNG oleh Allah, sesuai dengan janji Allah di Alqur’an; yaitu kelipatan 10 sampai ratusan kali lipat. Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 267 Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari HASIL USAHAMU YANG BAIK-BAIK dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan JANGANLAH KAMU MEMILIH YANG BURUK-BURUK lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Ayat inilah yang ada hubungannya DENGAN SEDEKAH EKSTREM. Kita disuruh menyedekahkan harta kita yang terbaik. Kemudian kita juga dilarang memberikan sedekah kita dengan harta yang kita anggap remeh atau kita sendiri tidak membutuhkannya. Inilah dasar bagi para pelaku sedekah di artikel yang saya sebutkan di atas. Allah adalah MAHA MENEPATI JANJI, dan apa yang tertulis di Alqur’an adalah apa yang langsung diserukan Allah kepada umatnya. Adalah sebuah kerugian besar jika kita tidak yakin akan perkataan langsung Allah tersebut. Coba anda baca dan renungkan apa yang langsung diserukan Allah tentang sedekah di bagian bawah ini: Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 245 Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Dalam ayat ini Allah dengan jelas mengatakan akan melipat gandakan, DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK bagi siapa saja yang gemar sedekah. Di akhir kalimat ditekankan bahwa hanya Allah-lah yang bisa melapangkan atau menyempitkan rejeki makhluk ciptaanNya. Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 261 Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dalam ayat ini Allah secara jelas menyebut perhitungan matematis saat kita mengeluarkan hartanya untuk sedekah. Jika menurut perhitungan matematis itu berarti sedekah kita akan dibalas hingga 700 kali lipat! Di akhir ayat Allah menekankan akan membalas sedekah itu bagi siapa yang Dia kehendaki, jadi pasti ada dong yang tidak mendapatkan balasan :) Makanya kita perlu sedekah dengan ikhlas dan yakin akan janji Allah. Jangan setengah-setangah ya….. :) Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 274 Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dalam ayat ini Allah menjanjikan bagi siapa saja yang mau bersedekah, Allah akan memeliharanya dari segala bentuk kekhawatiran dan segala bentuk kesedihan. Anda saat ini sedang punya masalah? Makanya ayo segera bersedekah….. :) Alquran > Surah An Nisaa’> Ayat 114 Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. Nah ayat yang ini adalah untuk saya dan anda yang mau menebarkan semangat sedekah pada orang lain. Allah menjanjikan pahala yang besar bagi siapa yang mau mengajak sedekah orang lain. Makanya, silahkan share-kan artikel ini pada siapa saja deh, bisa di Facebook, Twiter, atau blog anda. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amiin…..

Selasa, 18 Oktober 2011

Istighfar lan Taubat

Kautamaan Istighfar lan Taubat السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ الحَمْدُ لله 2 الَذِى قاَئِلْ فىِ كِتَابِهِ ْالكَرِيْمِ, وَتُوْبُوْا إِلىَ اللهِ جَمِيْعاً أَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِله إِلاَّ الله وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه رَحِيْمٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ وَلِلْخَائِفِيْن اَمَاناً. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً رَسُوْلُ الله عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه أُوْتِىَ اْلقُرْآن. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّد وَعلَى آلِه وَأَصْحَابِه وَسَلِّمْ تَسْليِمْاً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ – فَيَا عِبَادَ اللهِ ! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْن وَأَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. Hadirin sidang jum’at ingkang dipun mulyaaken dening Allah SWT. Monggo samiyo nambahi takwa dumateng gusti Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken. Lan kito sedoyo sampun ngantos pejah kejawi netepi agami Islam lan pejah ingkang khusnul khotimah (sahe wonten akhiripun). Kito sedoyo kawulane Allah SWT, kedah mangertos, bilih anak turunipun Nabi Adam Alaihi Salam., meniko salah satunggalipun makhluk Allah ingkang dipun kepung kaliyan pinten-pinten mungsuh, ingkang arupi syaiton, jin lan manungso. Ingkang sedoyo kolo wau mahes-mahesi utawi ngapik-ngapiki dateng barang ingkang awon. Lan ngawonaken barang ingkang sahe. Ing mongko piyambakipun sareng-sareng kaliyan nafsunipun menungso ingkang selalu ngajak dateng perkawis awon. Ananging kaliyan sedoyo kolo wau Gusti Allah dadosaken alat ingkang kangge merangi, inggih puniko, taubat dumateng Allah SWT sarono nyuwun pitulunganipun Allah SWT. Kados pangendikanipun Allah SWT wonten al-Qur’an: وَاعْتَصِمُوْا بِالله هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ اْلمَوْلىَ وَنِعْمَ النَّصِيْرُ Ingkang artosipun: “ Podho gondelano siro kabeh marang tali agamane Allah, sak estunipun Allah SWT iku bendoro siro kabeh, mongko sak bagus-baguse bendoro iku Allah lan sak bagus-baguse dzat kang nulungi iku Allah SWT”. Pramilo sinten kemawon tiyang ingkang ngelampahi perkawis ingkang awon utawi maksiyat supados engal-enggal taubat marang Gusti Allah lan nyuwun pengapunten dateng Allah lajeng dipun sarengi kaliyan amal ingkang sahe soho nebihi dateng perkawis ingkang awon kolo wau. Keranten sedoyo perkawis ingkang sahe puniko saged ngelebur perkawis ingkang awon utawi maksiyat. Kados dawuhipun Allah wonten al-Qur’an : وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْأً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْماً Artosipun kirang langkung: “ Sing sopo wonge ngelakoni olo utawi nganiyoyo tumrap awake dewe nuli podo nyuwun ngapuro marang Gusti Allah, mongko bakal nemu dzat kang akeh pengapuro lan welase”. Hadirin sidang jum’at ingkang dipun mulyaaken dening Allah SWT. Pancen taubat ingkang saestu, meniko saged ngelebur dateng amal awon ingkang dipun lampahi. Kados pangendikanipun Kanjeng Nabi Muhammad SAW: التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ Artosipun: “ Wong kang taubat iku koyo dene wong kang ora ono dosane (ora duweni doso)”. Dene doso puniko wonten ingkang alit lan wonten doso ingkang ageng. Ananging kita kedah yakin bilih pengapuranipun Allah puniko langkung ageng tinimbang dosa kita. Sak ageng-agengipun dosa kita menika taksih langkung ageng pangapuranipun Allah. Alhasil manawi wonten tiyang nyono bilih doso puniko mboten saged dipun ngapuro dening Allah SWT, tiyang ingkang mekaten puniko berartos kagolong tiyang ingkang putus asa saking rohmatipun Allah, ing mongko putus asa puniko kagolong doso ingkang ageng. Kanjeng Nabi SAW dawuh: لاَ تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللهِ Artosipun: “ Ojo podo putus asa siro kabeh saking rohmatipun Allah SWT”. Ananging sedoyo kolo wau mboten ateges gegampang dateng pengapurane Gusti Allah, selajeng tansah nindaaken maksiyat lan duroko dateng Allah SWT, puniko boten. Balik monggo poro kaum muslimin sedoyo sami mangertoso..!! Bilih ingkang nami taubat inggih puniko mareni agawe maksiyat tumuju toat marang Gusti Allah. Boten namung dipun ucapaken wonten ing lisan kemawon. Ananging ugi kedah kita wujudaken kelawan nambahi taqwa dumateng Allah kanti syukur atas sedaya nikmatipun. Lan taubat puniko ugi wonten syarat-syaratipun, 1. Kedah niyat nilaraken utawi nebihi dateng maksiyat / doso, lan nebihi dateng perkawis ingkang dumugeaken dateng doso utawi maksiyat 2. Anggetuni dateng doso ingkang sampun dipun lampahi lan isin dateng Allah SWT menawi ngelampahi malih. 3. Kedah kagungan sejo mboten mangsuli dateng perkawis ingkang dipun larang / awisi dening Allah SWT 4. manawi doso ingkang dipun taubati meniko berhubungan kaliyan hak-hakipun sesami manungso puniko inggih langkung rumiyen nyuwun ngapunten. Manawi hubunganipun kaliyan bondo dunyo inggih puniko nyuwun halalipun utawi ngijoli dateng bondo kolo wau. Manawi kesalahanipun wonten hubunganipun kaliyan kahurmatan, kadosto, adu-adu, fitnah, ngrasani olo, nganiyoyo tiyang sanes, meniko kedah nyuwun ngapunten dateng tiyang ingkang berhak. Lan sak mantunipun taubat kedah merubah tindak lampahipun, tegesipun damel bagus utawi mboten wangsuli maleh danten pinten-pinten kesalahan ingkang sampun kasebat wonten ngajeng. Poro hadirin sedoyo ingkang kawulo mulyaaken. Sak mantunipun kito mangertos bilih doso punopo kemawon kejawi dosonipun musyrik utawi nyekutoaken Allah, saged dipun taubati. Milo sumonggo engal-enggal kito ngelampahi taubat mumpung dereng dumugi ajalipun (sedo). Sebab ajal kito sedoyo puniko boten ngertos kapan dumuginipun. Lan manawi sampun dumugi puniko boten saged dipun semayani. Kados dawuhipun Allah wonten ing al-Qur’an: إِذاَ جاَءَ أَجَلُهُمْ فَلاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ Artosipun: “ Nalikone ajal utawi pati poro manungso iku wus teko, mongko poro menungso iku mau ora biso jaluk wektu di akhirake utawi di dhisiake. Pramilo monggo, sepindah malih mumpung lawang taubat taksih dipun bikak, enggal-enggal kito ngelampahi taubat. Jalaran manawi sampun dipun tutup, badhe taubat ingkang kados pundi, tetep mboten saged dipun ketrami kaliyan Allah SWT. Dene bates utawi tutup ipun lawang taubat inggih puniko kados dawuhipun kanjeng Nabi Muhammad SAW: إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ Artosipun: “ Sak temene Gusti Allah iku bakal nerimo taubat kawulani selagine nyawane durung ono gorokan” Dalam hal menika Rasulullah SAW sampun ngingetaken dating para sahabatipun supados senantiasa inget dating pejah. Dipun kisahaken salah setunggaling dinten Rasulullah mios dating mesjid. Lanjeng piyambakipun semerap wonten tiyang-tiyang ingkang sami ngobrol lan ngguyu2 rame. Lajeng Rasulullah dawuh "ilingo mati . Demi Zat kang nyawaku ing dalem kuasaNe, ing yen to sira kabeh ngerti opo kang tak weruhi, yekti sira kabeh bakal saitik olehmu ngguyu lang akeh2 olehmu nangis." Ternyata inget pejah menika efektif dadosaken kita kados-kados gadahi rem ingkang pakem saking andamel dosa lan nganingoyo. Akibatipun wonten pundi kemawon, kapan kemawon kita bade terarah ngelampahi sedaya hal ingkang bermanfaat. Kados menawi mirengaken music, tentu bade mirengaken lagu ingkang bermanfaat, kados nasyid, kasidah, shalawatan atawin murottal Al Qur’an. Mboten buang-buang waktu kangge mirengaken music ingkang mboten wonten maknanipun. Sehingga menawi sak wanci-wanci malaikat Izrail datang menjemput kita saat menika, alhamdulillah kita sedang dalam kondisi enget dumateng ALLOH. Menikolah khusnul khatimah. Pungkasan ingkang sae. Akhiripun, mugi2 kita dipun golongaken ALLOH SWT dados tiyang ingkang pinaringan karunia khusnul khatimah. Amin! *** اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. يآ اَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ, وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ اْلخاَسِرُوْنَ. وَأَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْناَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتَِى أَحَدَكُمُ اْلمَوْتُ فَيَقُوْلُ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِى إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ, فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ, وَلَنْ يُأَخِّرُ اللهَ نَفْساً إِذاَ جاَءَ أَجَلُهاَ وَاللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ . باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ - وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ - وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Sabtu, 24 September 2011

Berbakti pada kedua orang tua

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ الحَمْدُ لله 2 الَذِى أَمَرَناَ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ إِياَّهُ. وَأَمَرَناَ كُلاًّ مِناَّ بِإِحْسَانِ وَالِدَيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِله إِلاَّ الله وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه رَحِيْمٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ وَلِلْخَائِفِيْن اَمَاناً. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً رَسُوْلُ الله عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه . القَائِلُ لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدَهُ إِلاَّ يَجِدَهُ مَمْلُوْكاً فَيَشْتَرِيَهُ لِيُعْتِقَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّد وَعلَى آلِه وَأَصْحَابِه حَمْلَةُ ْالهُدَى وَاْلبَيَان. أَمَّا بَعْدُ – فَيَا عِبَادَ اللهِ ! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْن وَأَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. Hadirin sidang jum’at ingkang minulyo. Sak mantunipun muji dumateng Alloh soho maos sholawat konjuk dateng junjungan kito Nabi Agung Muhammad SAW., kulo wasiat dumateng panjenengan sedoyo, khususipun pribadi kulo piyambak, monggo samiyo nambahi takwa dumateng Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken. Lan kita kedah mangertos bilihkito sedoyo wonten ing alam dunyo puniko dipun ciptaaken dening Allah SWT mboten sanes inggeh namung ngabekti lan ngabekti dumateng perintahipun Allah SWT. Artosipun sedoyo gerak lampah kito, tumindak kito, pangendikan soho pendamelan kito wonten dunyo meniko kedah dipun landasi minongko bukti ngemawulo lan raos syukur dumateng Allah. Allah SWT sampun ngendika: وَماَ خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ Ingkang artosipun: “Aku ora ndadeake bongso jin lan manungso kejobo supoyo ngemawulo maring Ingsun (Allah SWT”) Allah ugi ngendiko wonten ing surat An-Nisa’ 36: Artosipun: “ Ngabektiyo siro kabeh marang Allah SWT lan ojo siro kabeh pisan-pisan nyekutoake Allah marang liyane lan gaweo kabecikan marang wong tuwo lor, kerabat, anak-anak yatim, wong-wong fakir miskin, tonggo kang cedak lan adoh, konco akrab, ibnu sabil lan hamba sahayamu. Sak temene Allah iku ora seneng tumrap wong kang sombong bangga marang awak dewene”. ( Qur’an surat an-Nisa : 36). Sak mantunipun Allah merintah ngabekti dumateng Allah piyambak, lajeng dipun susul kaliyan perintah ngabekti dumateng tiyang sepah kekalih, lan meniko wajib kito lampahi kanti ikhlas. Kido sedoyo ngibadah ngeparek dumateng Allah SWT keranten nyukuri dumateng pinten-pinten kenikmatan ingkang katah sanget cacahipun. Allah meniko Moho Welas Asih dateng hambanipun ingkang taat utawi hamba ingkang agawe maksiyat dumateng Allah. Sedoyo kemawon dipun paringi rizky saking Allah SWT. Lan manawi kito penggalih, raos welas, raos asih ingkang ageng, ingkang kiro raosaken, sak mantunipun saking Allah, meniko raos welas asihipun tiyang sepah kekaleh marang putranipun. Pramilo kanthi meniko, bektos dumateng tiyang sepuh kekalih dumawah persis sak mantunipun bekti dumateng Allah SWT. Kito saged mangertosi rekasanipun ibu naliko ngandut. Sak sampunipun maos medal kanti ketar ketir ngadepi toh nyowo. Lajeng sak mantunipun lahir kanthi ikhlas dahar ingkang sarwo pahit, supados putranipun tetap sehat wal afiyat. Naliko tiyang sepuh sare, wungu sebab mirengaken tangisipun bayi lan sak panunggalanipun. Semanten ugi bapak ngupados nafkah soho biaya ingkang halal ingkang mboten etangan. Kulit rumiyen kuning lajeng dados ireng gelengseng, badan rumiyen ageng kadang kantun balung kaliyan kulit. Sebab ngeraosaken ewotipun pados nafaqoh. Pramilo meniko kito wajib ngabekti dumateng tiyang sepah kekalih lan jagi hak-hakipun . Allah sampun dawuh wonten ing surat Luqman: 14: Ingkang artosipun: “ Lan tak perintahake marang menungso kabeh supoyo agawe becik marang wong tuwo lorone, ibune wis ngandut kanthi lemes lan tambah-tambah, lan nyapih sak wuse 2 tahun, syukuro marang Aku (Allah) lan marang wong tuwo loromu, lan namung marang Aku ( Allah) siro bali”. ( Qur’an Surat Lukman: 14). Dipun riwayataken sangking Abdullah bin Mas’ud bilih panjenenganipun nate ngendiko: “ Aku matur marang kanjeng nabi Muhammad SAW.: Amal punopo ingkang paling dipun remeni dening Allah SWT? Kanjeng Nabi Muhammad jawab: Nglakoni sholat ono ing wektune. Aku matur: lajeng menopo maleh? Jawabane nabi: Bekti marang wong tuwo loro. Aku matur: Lajeng menopo? Kanjeng Nabi jawab: jihad fi sabilillah”. Wonten hadits ugi dipun sebataken ingkang artosipun kirang langkung: “Ciloko…ciloko…ciloko wong kang menangi wong tuwone wis tuwo salah sijine utowo karo-karone, nanging deweke ora iso mlebu surgo.” Milo manawi tiyang sepuh kito sami taksih sugeng kedah kito mulyaaken, taat marang perintahipun ingkang boten nyimpang saking syari’at Islam. Nebihi sedoyo ingkang dadosaken kuciwo, ampun ngantos kikir utawi kalah kaliyan bojo istrinipun, sehinggo nglirwaaken tiyang sepah. Dipun riwayataken ingkang isinipun kirang langkung, bilih wonten tiyang jaler sowan dateng kanjeng nabi Muhamad SAW lan matur: “ Ya rasulullah, kulo gadah bondo lan anak, sarto bapak kulo kepingin nelasaken bondo dunyo kulo”. Lajeng kanjeng Nabi Muhammad SAW nimbali tiyang sepuhipun, tiyang sepuhipun sampun sepuh sanget, rasulullah ngendiko dateng tiyang sepuh kolo wau ngengingi dakwaan saking putronipun. Tiyang sepuh wau jawab: “ Allah tansah nambahi pengertian lan keyakinan dumateng kulo, nopo niku leres Ya Rasulullah?” rasulullah dawuh: “ Ceritakno..!!. lajeng tiyang sepuh wau cerito:” Siro tak wenehi pangan naliko siro cilik lan tak upokoro. Siro diwenehi omben-omben kanthi katresnan. Naliko siro loro, wektu bengi aku ora iso turu lan ngeroso gersah, aku wedi lan kuwatir siro mati. Aku ngerti yen mati iku kepastian saka Allah SWT, koyo-koyo aku kang keno dudu siro. Mataku dlewer kebak luh. Naliko siro dewoso lan tumeko marang puncak kang dadi pengarep-arepku, siro wales kanthi kekerasan lan bengis., koyo-koyo siro kang aweh kenikmatan yen siro ora anggateake hakku, mongko bapak siro kudu nglakoni koyo kang dilakoni tonggo.” Lajeng Rasulullah matur lan ngendiko: “ Ora ono watu lan lemah kang ngerungu ucapane wong iki kejobo lemah lan watu mau nangis. “ Lajeng Rasulullah nyepeng rasukanipun anakipun tiyang sepuh wau lan ngendiko: “ Siro lan kabeh bondomu iku duweke bapakmu.” ( HR. Ibnu Majah, Ath-Thobroni, lan al-Bazzar). Ahli jum’at Ingkang Tinuhu kinebekten Manawi tiyang sepu sedo, caranipun bekti tansah nyuwunaken pangapunten wonten ngarsanipun Allah. Manawi tiyang sepuhipun Islam, nglangsungaken wasiatipun lan nyambung kekeluargaan ingkang mboten waged dipun sambung kajawi kanthi tiyang sepuhipun, ugi ngurmati rencangipun tiyang sepah kekalih. Allah sampun ngendiko wonten ing surat at-Taubah ayat 113: Artosipun: “ Ora keno kanggone Nabi lan wong-wong kang podho iman njaluake pengapuro marang Allah kanggo wong-wong musyrik senajan wong musyrik iku mau kerabat, sak wise jelas tumrap deweke yen wong-wong musyrik mahu penghuni neroko jahannam”. Al-Qur’an Surat at-Taubah 113). Hadirin sidang jum’ah ingkang minulya, monggo sekedap kita angen-angen: - Tiyang sepuh kita selalu bangga-banggaaken kita, napa kita nggih saget dados kebanggaan kekalihipun? - Tiyang sepuh kita selalu dongaaken kita, napa kita nggih selalu dongaaken kekalihipun? - Tiyang sepuh kita selalu berkorban kangge kita, napa kita nggih sampun berkorban kangge kekalihipun? - Tiyang sepuh kita selalu berusaha mbahagiaaken kita, napa kita nggih sampun selalu berusaha mbahagiaaken kekalihipun? - Tiyang sepuh kita ngeramut kita ngantos dewasa, tanpa nate mengeluh sambat, tapi napa kita sampun berusaha nyembulih, mbales kanti bekti dateng Allah, shalat gangsal wekdal kanti istiqamah, dongaaken kekalihipun sehingga tiyang sepuh kita senantiasa dipun rahmati lan dipun kasihi dening Allah SWT Minongko akhir khutbah, monggo kito tansah enget bilih ridhonipun Allah meniko tergantung ridhonipun tiyang sepah kekalih, semanten ugi bendunipun Allah wonten bendunipun tiyang sepah kekalih. Perlu kita mangertosi bilih berbakti dateng tiyang sepuh menika bade mbukak langit lan ngeluberaken rezeki, keranten donganipun tiyang sepuh estu ndamel rezeki kita melimpah, nanging atos-atos, mekaten ugi kosok wangsulipun. Menawi kita mboten bekti dateng tiyang sepuh rezeki kita bade seret, lan urusan-urusan kita bade ruwet. Milo manawi tiyang sepuh kito sami taksih sugeng kedah kito mulyaaken, taat marang perintahipun ingkang boten nyimpang saking syari’at Islam. Mugi-mugi kito kagolong tiyang ingkang taat dumateng Allah lan tiyang sepah kekalih. اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. وَقَضى رَبُّكَ أَنْ لاَ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِياَّهُ وَباِلْوَالِدَيْنِ إِحْساَناً إِماَّ يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُماَ وَقُلْ لهَمُاَ قَوْلاً كَرِيْماً. باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ - وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ - وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Minggu, 13 Maret 2011

KHUTBAH IDUL FITRI

MEMBANGUN MANUSIA SEUTUHNYA

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
الحَمْدُ لله ,الحَمْدُ لله الَذِى قاَئِلْ فىِ كِتَابِهِ ْالكَرِيْمِ, وَتُوْبُوْا إِلىَ اللهِ جَمِيْعاً أَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِله إِلاَّ الله وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه رَحِيْمٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ وَلِلْخَائِفِيْن اَمَاناً. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه أُوْتِىَ اْلقُرْآن. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّد وَعلَى آلِه وَأَصْحَابِه وَسَلِّمْ تَسْليِمْاً كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ – فَيَا عِبَادَ اللهِ ! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْن وَأَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Hadirin kaum muslimin, jamaah shalat Idul Fitri yg berbahagia
Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan mengumpulkan dan mempertemukan kita bersama, di Masjid Nurul Islam memenuhi panggilan Allah di pagi hari yang sangat berbahagia ini, untuk bersama-sama memekikkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, bersama ratusan juta kaum muslimin di seluruh pelosok dunia ini.
Semoga Allah SWT berkenan menyucikan hati dan diri kita, setelah kita menempuh ujian yang cukup berat selama satu bulan, dalam “Jihadun Nafs” (perjuangan mengendalikan hawa nafsu) yang insyaAllah telah dapat mengantarkan kita sebagai hamba-hamba Allah yang muttaqin, Amiin.

Hadirin kaum muslimin yg berbahagia
Kalau saja kita mau membuka mata melihat keadaan sekeliling kita, ternyata dewasa ini kita dihadapkan dengan tantangan yang tidak kecil.
Pada pundak kita bersama masih terpikul beban yang tidak kecil, yaitu “Membangun Manusia Seutuhnya” dalam usaha dan upaya kita bersama mewujudkan masyarakat “Marhamah” – yang sejahtera lahir dan batin – dan “ Baldatun thayyibatun warabbun ghafur” negara yang aman, damai dan sentausa, dalam ridha Allah SWT.
Tujuan yang mulia tersebut mustahil akan mampu kita capai, bila kita tidak mampu membina persatuan dan kesatuan atas dasar “Ta’awun ‘alal birri wattaqwa” - bahu membahu dalam kebaikan dan taqwa kepada Allah SWT.
Kita sebagai bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya, dituntut untuk bersatu dalam “Shaf wa khiththah” – satu barisan dan perjuangan – tidak ada sedikitpun alasan untuk menempuh jalan yang berpecah belah antara kita.
Untuk terciptanya persatuan dan kesatuan kita, adalah tepat bila kita jadikan momentum sillaturrahmi yang kita adakan pada hari ‘Idul Fitri ini, bukan hanya sekedar berbasa-basi bersalaman dan tersenyum satu sama lain. Tapi harus sanggup memadukan pendapat, menyatukan umat. Persatuan seperti yang Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai……”
( Q.S. Ali Imran: 103)
Untuk tercapainya persatuan umat, haruslah persatuan tersebut didasari atas dua dasar:
Dasar pertama: persatuan yang didasari adanya titik tujuan yang sama, yaitu “Hablullah” (semata-mata mencari ridha Allah SWT.) dalam segala langkah dan perjuangan.
Ayat diatas diuraikan Rasullullah SAW. Dalam sabdanya:

“Orang mu’min dengan mu’min yang lain, bagaikan satu bangunan, dimana masing-masing saling menguatkan yang lain”. (H.R. Bukhari)

Inilah dasar pertama dalam membina persaudaraan dan persatuan dalam Islam, sedangkan:
Dasar kedua: persatuan yang didasari dengan derap langkah dan irama yang sama dalam perjuangan tanpa ada satu suara pun yang sumbang. Inilah yang dimaksud dengan kalimat “Jami’a” dalam ayat diatas. Yaitu dengan tidak membedakan antara individu yang satu dari individu yang lain, satu suku dari suku yang lain, satu golongan dari golongan yang lain.

Hadirin kaum muslimin yang berbahagia
Untuk dapat terealisasikannya kehidupan yang bahagia di dunia ini dan di akhirat nanti, kita dituntut Al Qur’an untuk mampu menumbuhkan daya demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dengan menegakkan asas “Amar ma’ruf nahi munkar”. Kita dituntut untuk mampu menciptakan suasana “Tawashau bil haq” – saling nasihat menasihati dalam kebenaran – (Q.S. Al Ashr:3). Saling nasihat menasihati kata Al Qur’an, karena kesalahan bukan hanya milik individu tertentu, tapi adalah milik setiap manusia.
Bila hari ini orang lain yang bersalah dan kita yang benar, maka esok mungkin saja orang lain yang benar sedang kita malah yang melakukan kesalahan. Rasulullah SAW. Bersabda:

Tidak ada seorang manusia pun yang luput dari dosa dan kesalahan. Dan sebaik-baiknya orang yang berdosa dan bersalah adalah yang bertaubat dan memperbaiki dirinya”. (Al Hadist)

karenanya, siapapun dia (sepanjang bukan Nabi dan Rasul yang telah dima’shum Allah SWT). Apakah dia seorang pemimpin, rakyat biasa, bahkan ulama dan kyai sekalipun, dapat saja berbuat salah.

Hadirin kaum muslimin yg berbahagia
Karena kita sebagai manusia biasa dapat saja berbuat salah, maka agar kita semua tidak tergolong orang-orang yang “Lafi khusrin” – merugi – (Q.S. Al Ashr:2) dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat nanti, Allah SWT memperingatkan kita agar yang sadar menasihati yang lalai, yang benar mengingatkan yang salah. Agar yang lalai tidak hanyut dalam kelalaiannya, yang bersalah tidak semakin tenggelam dengan kesalahannya. Karena kelalaian dan kesalahan sebagian dapat membinasakan semua.
Inilah yang menjadi sebab kiranya, mengapa meluruskan yang bersalah dan lalai itu merupakan perjuangan yang sangat mulia disisi Allah SWT. Rasulullah bersabda:

“Semulia-mulia perjuangan adalah menyatakan yang benar terhadap pemimpin yang bersalah”. (Al Hadist)
kita pernah bahkan seringkali diperingatkan akan hal ini oleh kepala negara, lewat pernyataannya: “katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah”.
Namun karena tidaklah mudah bagi seseorang yang sedang hanyut dalam kesalahan untuk menyadari kealpaannya, dan tidak pula mudah bagi yang sudah menyadari kealpaannya untuk mengakui secara jujur kesalahannya. Lebih-lebih bila hal itu menyangkut wibawa dan gengsinya. Karenanya Al Qur’an berpesan kemudian, agar hendaknya di dalam usaha kita menyadarkan orang yang bersalah itu, kita tempuh dengan “Tawashau bish shabr” – dengan sebijaksana mungkin dan dengan penuh kesabaran – sementara di lain pihak, Al Qur’an juga menuntut setiap orang agar dapat berjiwa besar dan berlapang dada untuk mengakui kesalahannya. Bahkan menurut Al Qur’an, orang yang paling mulia disisi Allah SWT bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah dan dosa, tapi orang yang apabila berbuat dosa dan kesalahan, dia mau menyadari akan dosa dan kesalahannya, dan

“Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian . . . . .” (Q.S. Ali Imran:133)
karenanya, adalah sangat tepat sekali bila di pagi hari yang sangat berbahagia ini, dan dari Masjid yang mulia ini kita mulai menghamparkan “Tikar Perdamaian” dengan diikuti kesadaran akan kekurangan dan kekhilafan kita masing-masing. Kemudian kita ulurkan tangan untuk saling berjabatan, sambil kita ucapkan dengan penuh khidmat tapi pasti, dan dengan rasa rendah diri:

“Semoga kita termasuk orang yang kembali menemukan jalan yang benar, dan berbahagialah kita karenanya”

Hadirin kaum muslimin yang berbahagia
Di penghujung khutbah ini, idzinkanlah saya mengajak hadirin merenung sejenak . . . . .
Hidup di dunia ini hanya sementara sifatnya, hanya “sekejap mata” kata Rasulullah. Suatu saat nanti (entah kapan, tidak seorangpun diantara kita yang tahu), kita harus juga meninggalkan alam dunia yang fana ini, menghadap ke hadirat Illahi, guna mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita masing-masing. Apa yang telah kita perbuat selama hidup ini, kendati kita mampu menghindarkan diri dari tanggung jawab di dunia, namun kita tidak akan pernah mampu mengelak dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT Hakim yang Maha Adil di akhirat nanti. Sekecil apapun dari perbuatan kita, tidak akan luput dari perhitungan.
Seseorang dapat saja selamat dari pertanggungjawaban shalat, puasa dan ibadah hajinya, hingga mengantarkannya ke tepi syurga, namun ketika tinggal selangkah lagi kakinya mengayun ke syurga, tiba-tiba memekiklah orang tua atau anak, suami atau istri, orang-orang yang pernah didholiminya, rakyat yang pernah dipimpinnya, para fakir miskin yang menuntut hak mereka. Semua menuntut tanggung jawabnya. Yang pada akhirnya membuat dirinya terseret kembali, untuk kemudian masuk kedalam neraka jahannam, Na’udzu billahi min dzaalik!
Inilah kiranya hakekat dari firman Allah SWT:
“Barang siapa yang mengerjakan kabaikan sekalipun hanya sebesar dzarrah (biji sawi) niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sekalipun hanya seberat dzarrah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula”. (Q.S. Az Zalzalah: 7-8)

Hadirin kaum muslimin yang berbahagia
Kita harus sadar, bahwa segala yang bersifat duniawi tidaklah pernah kekal dan abadi di tangan manusia. Suatu saat nanti, istri yang cantik atau suami yang tampan yang sangat kita cintai, anak cucu yang lucu-lucu yang sangat kita sayangi, pangkat atau jabatan yang paling kita khawatirkan lepas dari tangan kita, rumah bertingkat, mas dan perak yang membuat kita begitu asyik menggosok-gosoknya setiap hari, uang tabungan yang selalu menyibukkan kita untuk menghitung-hitungnya, berapa tambahan atau apakah berkurang . . . . mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, harus kita tinggalkan semua itu di alam dunia yang fana ini! Jangankan suami, istri, anak, cucu, pangkat, jabatan, harta kekayaan dan lain sebagainya. Bahkan jasad kasar kita pun harus kita tinggalkan, tatkala malaikat Izrail menjemput diri kita, membawa kita ke suatu alam, alam barzah namanya. Alam yang nun jauh disana, melewati sekian lapisan langit kata Rasulullah. Perjalanan yang sangat jauh,sepi, tidak ada yang menemani kita, karena semua kita tinggalkan di alam dunia yang fana ini.

Namun hadirin yang berbahagia
Ada sebenarnya, pendamping yang amat setia, yang mampu menyelamatkan kita di alam tersebut dan di alam akhirat nanti, yaitu Iman, taqwa dan amal ibadah kita selama hidup di dunia ini.
Semoga Iman, taqwa dan amal ibadah pulalah yang akan menjadi bekal dan pendamping kita, di kala tiba saatnya nanti kita menghadap Ilahi Rabbi. Amiin.

Hadirin kaum muslimin yang berbahagia
Akhirnya marilah kita bersama-sama berdo’a dengan sepenuh hati. Semoga Allah SWT Yang Maha Pengabul Do’a berkenan memenuhi permohonan kita.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Rahman, Maha Rahim
Engkau saksikan detik ini, dikala mentari bertambah tinggi, namun ia sama sekali tidak menghalangi kami untuk tetap duduk bersimpuh di Masjid ini, karena kami masih ingin menyampaikan permohonan dan harapan kami . . . . .
Rabb . . . . . .Dengarlah jeritan dan pekikan hati kami,
Jeritan dan pekikan hamba-hamba Mu yang telah diberi anugerah yang banyak, namun lalai untuk bersyukur kepada-Mu.
Rabb . . . . . . Engkau yang Maha Ghafur
Terlalu banyak rasanya dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat, karenanya di hari yang suci dan mulia ini kami memohon ampunan-Mu Ya Allah, sehingga bersihlah jiwa raga kami dari dosa dan kesalahan, tatkala ajal nanti menjemput dan mengantarkan kami menuju kehadirat-Mu.
Rabb . . . . . . ampunilah dosa kami, dosa Ibu dan Bapak kami, dosa pemimpin-pemimpin kami, bimbinglah kami semua dengan Inayah-Mu, agar kami mampu menempatkan diri di jalan yang Engkau ridhai.
Ya Allah . . . . . . . tampakkanlah yang hak itu jelas hak di depan kami, dan mudahkanlah bagi kami dalam menempuhnya, dan tampakkanlah yang bathil itu jelas bathil di depan kami dan mudahkanlah kami dalam menjauhi, bahkan memeranginya.

Rabu, 16 Februari 2011

sifat jujur

Mugi Allah ingkang Maha nguasai sedaya perkawis selalu bukaaken manah kita supados saget memetik hikmah saking setiap kedadosan punapa kemawon kejadian menika. Monggo kita yakin bilih mboten wonten setuanggal kejadianpun ingkang sia-sia, tanpa makna, rugi sanget menawi kita ngadepi gesang menika kanti mboten saget memetik pelajaran saking nopo ingkang sampun kita lampahi. Gesang menika samudera hikmah ingkang tiada terputus. Prayoginipun punapa mawon ingkang kita hadapi, saget menambah ilmu, wawasan, khususipun malih saget nambah, kedewasaan, kearifan diri kita sehingga menawi kita pejah mbenjang, mben lan kapan kemawon, maka warisan kita ingkang paling ageng inggih menika kehormatan pribadi kita, mboten sekedar arisan bondo donya semata. Monggo kita kangen lan senantiasa berharap supados wekdal kita wangsul dumateng Allah inggih saat-saat ingkang penuh kaliyan keindahan lan kebahagiaan.

Mestinipun wekdal malaikat maut menjemput, kita estu-estu dalam keadaan siap, estu-estu dalam keadaan khusnul khatimah. Kedah sering kita bayangaken menawi saat kita pejah mbenjang kita dalam keadaan sae pikiran kita, bersih manah kita, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur menawi wekdal kita pejah mbenjang, kita nembe sujud ing dalem shalat kita. Ampun ngantos kita pejah sia-sia, kados ingkang sampun diberitaaken wonten TV lan koran-koran tentang tiyang ingkang pejah wekdal mabuk-mabukan, wekdal judi, wekdal wonten ing lokalisasi prostitusi lan lintu-lintunipun, naudzubillahi min dzalik. Enget dating kematian atawin dzikrul maut menika penting sanget.

Mboten wonten kehormatan dan kemuliaan kecuali saking Allah ingkang nggadahi alam alam semesta, ingkang ngangkat derajat sinten kmawon ingkang dipun kehendaki lan ngino dating sinten kemawon ingkang dipun kehendaki.

Hadirin jama’ah ingkang minulya, kita kedah percados sehebat apapun harta, pangkat, kedudukan, atawin atribut duniawi lintunipun mboten badhe berharga menawi kita mboten nggadahi harga diri. Napa artinipun harta benda, derajat lan pangkat, menawi kita mboten nggadahi harga diri.

Gesang wonten donya menika naming sepindah lan sekedap kemawon. Kita kedah bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita kanti dados tiyang ingkang nggadahi harga diri lan terhormat dalam pandangan Allah SWT lan ugi terhormat dalam pandangan tiyang2 mukmin.

Langkah awal ingkang kedah kita bangun ing dalem gesang kita inggih menika tekad supados dados tiyang muslim ingkang jujur lan terpercaya ngantos tilar kita . kados dene Rasulullah SAW ingkang memulai karier gesangipun kanti gelar kehormatan Al Amin (tiyang ingkang sanget dipun percados).

Keranten menika, Sepindah, monggo jagi lisan kita. Ampun ngantos goroh dalam hal apapun. Langkung sae kita disisihaken keranten kita jujur nopo wontenipun, tinimbang kita dipun trami tapi kanti goroh mboten jujur. Estu mboten bade bahagia lan terhormat menawi dados tiyang ahli goroh.

Kaping kalih, jaga lisan, ampun ngantos nambah-nambahi, ngreka-reka berita atawin informasi ingkang kedah kita sampeaken dating tiyang,

Kaping tiga, ampun ngantos sok pintar kanti njawab setiap pertanyaan. Nah, tiyang ingkang selalu njawab setiap pertanyaan menawi tanpa ilmu mesti badhe ngetingalaken kebodohan kita. Langkung sae kita sanjang “mboten ngertos” menawi kita pancen mboten nyumerapi.

Kaping sekawan, ampun ngantos mbocoraken rahasia atawin amanat, langkung-langkung ampun ngantos mbuka aib tiyang sanes. Menawi wonten tiyang ingkang ndugi dating kita kanti mbeberaken aib lan keawonan tiyang sanes dating kita, estu piyambakipun ugi bade mbuka aib lan keawonan kita dating tiyang sanes lintu maleh.

Kaping terakhir, ampun ngantos kita ngingkari janji. Monggo kita penuhi janji-janji kita meskipun kanti pengorbanan ingkang ageng. Kita kedah enget bilih sedoyo pengorbanan kita kolowau bade dados alit dibandingaken menawi ical harga diri kita, naudzubillah.

Mekaten khutbah ingkang saget kawulo aturaken, mugi Allah senantiasa nggampilaken kita ing dalem kita membangun pribadi kita dados pribadi ingkang jujur lan amanah, jujur dating diri kita piyambak, dating tiyang sanes lan dating Allah SWT langkung-langkung wonten wulan Ramadhan ingkang penuh kaliyan rahmat lan maghfirah menika. Estu mboten wonten faedahipun menawi kita siyam kanti mboten jujur, badhe ilang musna ganjaran siyam kita, lan akhiripun naming mekoleh ngelih lan luwe, naudzubillah.